
Lebih saya sukai dari pameran seni, adalah eksibisi perupa muda, kita akan menjumpai isinya melulu adalah “antusiasme”, mereka memiliki gairah besar di tengah kepungan pesimisme yang diciptakan semua koran tiap hari Senin. Lagi pula mereka kuat dan tidak gampang patah hati dengan kebanyakan pengunjung profesional yang tidak sabar dengan karya-karya mereka lalu mengkritisi dengan brutal atau keluar dari ruang pameran dengan tidak menemukan apa-apa, –jelas itu bukan saya–
Setiap saya menjadi tamu para perupa muda ini, entah bagaimana frekwensi saya dengan mereka biasanya klop. Mereka ingin memperoleh apresiasi bagi karya-karyanya, sedang saya excite dengan hal-hal yang terungkap di bawah permukaan: penuh gagasan, eksperimen dan atmosfir semangat. Tidak persis seperti simbiosis mutualisma, biasanya akhirnya saya yang menjadi gendut seperti lintah menghisap darah.
Karya-karya Hadi (27) dan Prabu (26) yang diketengahkan dalam Pameran “Multitalenan” dan berlangsung di CCF 5 sampai 16 Februari 2011 adalah salah satu pameran yang merujuk langsung semangat eksperimen seperti itu.

Eksperimen Hadi dan Prabu, karya-karya mereka dimunculkan di atas media talenan (alas potong bahan makanan sebelum dimasak),”Untuk mengangkat konsep ini (multitalenan) saya dan Prabu berpikir keras dan keluar dari kotak berpikir yang banal. Akhirnya sampailah ke sini, separuhnya ide separuhnya keluar begitu saja tidak terduga, ada kesamaan pengucapan dan keseiringan arti dalam kata multi=banyak, talent=bakat, sekaligus memunculkan juga sebuah kata dalam bahasa ibu kami (sunda) “talenan”.
(Selebihnya mengenai filosofi dan what, how, why about talent. Anda harus mendapatkan buku panduan pamerannya, dan membaca tulisan dari Bayu Angora sebagai kurasi pamerannya yang benar-benar memikat) http://blogs.fanbox.com/MULTITALENAN
Menikmati karya Hadi, awalnya saya kikuk dengan figur-figur dalam lukisan Hadi. Lalu akhirnya gembira karena daya ingat saya masih lumayan, gaya Hadi mengingatkan saya dengan ilustrasi majalah komputer Mac awal tahun 1990’an, tahu perbedaannya? image ilustrasi di majalah Mac itu khas karya digital, karya Hadi bisa lebih dahsyat kelak, jika Hadi berhasil meningkatkan tehnik kedalaman warna untuk memunculkan efek floating pada gambarnya.

CCF Bandung persis bersebelahan dengan toko buku Gramedia, sebelum pulang ke rumah saya menyempatkan mampir, ikut berjejal di bagian sale buku impor dan menemukan beberapa buku langka: Wiel Coerver Metode, Writers INC dan Quotes.
Tuhan itu senang menggoda dengan serangkaian kebetulan-kebetulan, susah dilukiskan bagaimana bisa dalam sekali buka buku 'Quotes' yang saya pegang terbuka persis di halaman Erica Jong, seorang guru dan penulis besar Amerika yang menulis sebuah kutipan: “Everyone has talent. What is rare is the courage to follow the talent to the dark place where it leads”
Indah?
Tidak, saya ditegur oleh petugas toko untuk tidak membuka sampul plastiknya.