Kamis, 20 Januari 2011

Gayus bilang CIA jahat, istriku bilang CIA ciu hawce

Manusia (baca: saya) boleh berencana, hari ini akan melewatkan makan siang beberapa jam terlambat demi sepiring gudeg Capitol (yang dijajakan pukul 4 sore). Demikianlah tadinya, sebelum takdir menentukan lain, pukul sepuluh ditelepon istri diberitahu ada undangan jamuan cia ciu (table dinner ala chinesse) dari kolega di kantornya.

Saya tipe kulinaris yang tidak pernah jaga citra: sok bentrok acara atau sok bosen pergi ke acara sejenis. Jadi dengan serta merta menyambut ajakan jamuan ini diikuti janji untuk potong rambut, berdandan rapi dan tidak menyanyi di acara. Untunglah membawa kamera dan memotret diperbolehkan.

Jamuan diselenggarakan di Restoran Queen yang terletak di jalan Dalem Kaum, sudah menjadi rahasia warga Bandung, walikota pura-pura tidak tahu kalau di sepanjang jalan ini seberang menyeberang berderet lokalisasi yang berkedok tempat masase dan sauna, di depan pintu masuk wahana ini, berdiri satu dua gadis yang berpakaian kalau nggak minimalis, ya berpakaian setelan (separo tete kelihatan), istri saya wanti-wanti di mobil, turun dari kendaraan jangan tengok kiri kanan, saya mengiyakan permintaannya jadi begitu turun hanya memicingkan mata saja tidak sampai menoleh.

Kami termasuk tamu yang datang awal, tuan rumahnya adalah komunitas Perempuan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (PINTI), para penerima tamunya sangat ramah dan mempersilahkan kami duduk di salah satu meja yang telah disediakan.

Cita rasa oriental yang old fashioned di dalam restoran begitu terasa, ragam hias oriental pada partisi, lampu lampion dengan rumbai, tiang dengan cermin, dan warna merah dan emas yang dominan. Semuanya menyambungkan ingatan saya kepada dua hal, pertama film lama yang sungguh keren "Year of The Dragon", kedua amplop angpau.

Jamuan cia ciu dilangsungkan dengan cara menghidangkan sajian makanan satu persatu, makanan biasanya diletakan di tengah meja di atas meja lainnya yang lebih kecil dan bisa berputar. Pertama-tama akan disajikan appetizer bisa berupa kacang mede, acar, atau salad (eropa), kemudian disusul makanan berat yang terdiri dari sup, nasi putih atau nasi goreng, olahan mie, cap cay, ca atau sayur asin, ikan laut, daging babi, udang, daging sapi atau ayam, ikan gurami, dan ditutup dengan cuci mulut seperti puding atau buah-buahan. Jumlah dan urutan menu yang dihidangkan disesuaikan permintaan tuan rumah kepada pihak restoran.

Sejatinya jamuan cia ciu sarat dengan table manner dan terkandung filosofi dan pesan-pesan, tetapi sekarang tidak dipentingkan dan cukup asal memenuhi ukuran yang standar-standar saja misalnya: tamu atau orang tua didahulukan, pada saat giliran mengambil makanan, kita mengambil secukupnya, mempersilakan orang lain menambah sebelum kita menambah, bagi yang tidak memakan daging babi sejujurnya harus saya katakan lebih baik tidak datang ke jamuan cia ciu, semua makanan dan olahan yang disajikan seperti nasi goreng, mie goreng, ifuemie, cap cay, ca sapi dan lainnya semestinya mengandung minyak babi.


Meja kami diisi sepuluh orang, sebagai santapan pembuka, pertama-tama pelayan menghidangkan sup asparagus kepiting ala schezuan lalu disusul ifumie siram cap cay seafood dan jamur, selesai kami menghabiskan piringnya diangkat, tak lama berselang disuguhkan mantau dengan hati babi dan gajih yang diburger, berikutnya ikan jambal yang disop sayur asin disertai nasi putih, kemudian udang goreng saus mentega yang yummy, hidangan terakhir gurami goreng crispy asam manis (dan kami minta tambahan nasi lagi) akhirnya ditutup dengan satu plate besar buah-buahan kupas yang siap santap.

Di undangan sebetulnya ditulis Jia Jiu, rupanya dilafalkan Cia Ciu. Tadi pagi saya baca koran memuat berita Gayus merasa dikerjain agen internasional dan bilang CIA jahat, istriku yang duduk di sebelahku bilang CIA Ciu Hawce (jamuan makan lezat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar